Berita Seputar Kabupaten Deiyai

Ajaran Totamana Diperingati di Tadauto

Sosial dan Kesehatan | | 15 Mar 2011 12:39 | Dilihat: 133 kali

SEBUAH peristiwa ritual yang dirayakan oleh masyarakat Debey di Tadouto pada tanggal 9 Mei pekan kemarin merupakan suatu perayaam tahunan yang selalu diperingati oleh warga setempat. Pesta ritual itu memperingati seorang tokoh Totamana yang mengajarkan Firman Tuhan sebelum para misionaris menapaki wilayah Mee (Paniai).

Sebut saja Wodeyokaipouga muncul dengan kegagahan alamiah dalam mengajarkan Totamana di kampungnya. (Tadauto). Sekalipun secara resmi belum dikenal sebab sejak ia memulai ajar ajaran Totamana itu tidak pernah keluar. Dan seluruh ajarannya merupakan hasil hubungan dengan alam setempat.

Dia mengajarkan totamana “firman Allah”. Totamana artinya firman Allah yang berakar dari alam. Wodeyokaipougaa mengenal firman Allah tidak melalui sebuah pendidikan resmi, atau oleh para misionaris ataupun pendidikan bentuk lain. Ini sebuah kisah yang belum dicatat oleh khalayak umum namun oleh masyarakat setempat memahami dan apa yang dilakukan sejak kala adalah ajaran Allah yang disepernukan oleh Firman melalui para misionaris.

Menurut kak Kandung Bobamoye Bobii yang adalah saksi mata mencerita kisah yang dilakukan oleh kakak kandung Wodeyokapouga, bahwa sejak dilahir dia memiliki keunikan. Banyak tanda-tanda yang dapat kita jumpa dikalah itu. Bahkan ketika berumur 3 tahun hilang selama 5 malam. Orangnya bersama sanak saudara beserta masyarakat dikampung itu mendapatkannya dalam rerumputan. Selang setahun kemudian ia berkembang dan melakukan berbagaikegiatan yang intinya adalah mengajarkan firman Allah versi budaya. Berbagai kegiatan itu diajarkannya. Di wilayah Deiyai bahkan pada umumnya di Paniai agama bisa dikenal setelah masyarakat Tadauto terlebih dahulu mengenal Firman melalui ajaran-ajaran versi budaya.

Banyak tokoh agama yang bisa dikenal di wilayah Deiyai (Tigi) semisal, Zakeus Pakage, Karel Gobay (paniai) dan beberapa tokoh lainnya, namun mereka dikenal setelah pergi bersama para misionaris disekolahkan luar Papua. Sedangkan Wodeyoka tidak hanya melalui hubungan intim dengan Allah. Selain itu tokoh yang belum dikenal ini selama melakukan ajarannya tidak pernah menemui para misionaris baik Katolik ataupun Zending.

Perjalanan peringatan ini sudah dan selalu dirayakan secara keluarga. Ada faktor alasan bagi keluarga untuk peringatan itu terbatas. Namun sejak 2 tahun lalu mulai dikenal. Bahkan berbagai kalangan berdatangan untuk menyaksikan peristiwa itu. Keunikan dilakukan itu dapat dilihat dalam beberapa aspek, pertama aspek kebersamaan. Persatuan dan kesatuan keluarga besar Tadouto dapat dilihat dalam berbagai kegiatan, diantaranya mereka memiliki kelompok Perikanan, Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, kebersihan, perekonomian, dan kebersihan. Semua aspek ini diketuai oleh masing-masing ketua, bahkab hari kerja telah terjadwal. Setiap hari yang telah ditentukan diwajibkan untuk memgambil bagian dalam kebersamaan.

Selain itu bidang keagamaan (Totamana) diajatkan ayat-ayat hafalan, lagu-lagu rohani, serta mereka mengenal Allah sekalipun dikalah itu misionaris belum menapaki wilayah itu. Kenangan dalam perayaan itu kita simak dalam drama yang diperagakan oleh masyarakat setempat. Dalam drama itu mereka mengisahkan perjalanan ajaran hingga Wodeyoka Bobii diolok-dieluk-elukan oleh para serdadu Belanda. Tidak hanya oleh serdadu akan tetapi sebagian besar warga sekitarnya menamakannya sebagai pengajar ajaran sesat. Hal itu wajar dinilai demikian pasalnya pada waktu itu belum mengenal atas ajaran Allah yang oleh Wodeyoka Bobii.

Peristiwa yang dapat kita memaknai adalah ke-tokoh-annya belum dikenal. Namun oleh warganya (famili) tidak mau di publikasikan sebab, menurut marga Bobii memaknai bahwa ajaran Totamana adalah peristiwa yang sakrar.

 

Dalam Kebersamaan Memilih 12 Orang

Sejak memulai pekerjaan kebersamaan itu pulalah memilih 12 orang dengan tujuan membidangi beberapa kegiatan yang telah diajarkan dan sebagai koordinator lapangan. Upaya mewujudkan kegiatan-kegiatan itu terjadwal. Dimana semua kegiatan itu hingga kini masih berlanjut. Bahkan kampung Tadouto dinamakan Kampung Damai. Selain itu untuk mempertahankan kebersamaan itu sejak dulu mereka telah membangun sebuah rumah adat dengan ukuran yang besar (24 kamar). Dalam rumah itu semua kepala keluarga (KK) yang ada disekitar itu. Sejak tahun 1975 atap alang-alang diganti dengan daun seng yang dibantu oleh Drs. Anselmus Petrus Youw dikalah bupati Nabire 2 Periode itu menjabat Camat Tigi.

Bangun Asrama Bertingkat

Setelah rumah adat berukur besar itu lapuk (tua), atas kesepakatan dan kesadaran kebersamaan masyarakat Tadouto telah membangun asrama bertingkat yang berkapasitas 24 kamar. Semua kegiatan terkait dengan kebersamaan itu dipusatkan di situ. Bangunan megah yang terdapat pelosok Kabupaten Deiyai itu boleh dikata sangat mewah. Dibangun bersama. Keterlibatan dalam mendirikan rumah itu sangat membutuhkan dana dan tenaga. Namun asrama itu bisa dibangun atas kesadaran seluruh keluarga.

Potensi Lainnya

Potensi yang sudah lama dikembangkan dan merupakan hasil usaha bersama dapat kita lihat di sekitarnya kandang peternakan Sapi, Ayam, Kambing, babi. Tak ketinggalan kampung itu dikelilingi perkebunan, kopi arabika, kacangan, sayuran, buahan, dan pepohonan cemara merupakan hasil upaya sejak sekian tahun silam.juga dapat dijumpai kolam ikan. Semua itu dikelola atas perintah koordinator yang sudah ada.

Share post :