Berita Seputar Kabupaten Deiyai
6 Persen Mahasiswa Asal Papua Kuliah di PTN
DEIYAI - Pengembangan pendidikan di Papua dinilai belum berjalan maksimal sehingga rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Papua menjadi akar permasalahan yang berdampak pada persoalan lain, yakni politik, sosial, maupun ekonomi. Demikian yang mengemuka dalam diskusi bertajuk Prespektif Pengembangan Pendidikan di Papua: Problematika dan Strategi Pengembangan Pendidikan di Papua yang digelar Keluarga Mahasiswa Papua Universitas Gadjah Mada (KEMPGAMA), Sabtu (30/5) lalu di Ruang Multimedia Fakultas Hukum UGM.
Drs. Bambang Purwoko, M.A., Dosen FISIPOL UGM sekaligus ketua POKJA Papua UGM membeberkan data kondisi pendidikan di Papua. Bambang menilai, data yang disajikan oleh BPS selama ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Realitas di lapangan lebih rendah dari data yang ada, paparnya.
Bambang mencontohkan, angka melek huruf di Provinsi Papua pada tahun 2012 berkisar 75,83%. Ia menilai, realitas di lapangan tidak demikian karena banyak daerah-daerah di pegunungan yang kondisinya lebih buruk. Ketika kita bicara Papua, kita tidak hanya bicara soal Jayapura, Merauke, namun juga bicara soal (Kabupaten-red) Intan Jaya, Deiyai, Puncak, tegasnya.
Banyak daerah pegunungan di Papua dengan kondisi pendidikan yang memprihatinkan. Menurutnya, ada banyak penyebab tertinggalnya pendidikan di Papua dibandingkan daerah lain di Indonesia. Dari segi pemerintahan, Ia menyangsikan komitmen dan terobosan pemerintah untuk meningkatkan pendidikan. Selain itu, rendahnya kualitas pengajar dan sarana prasarana yang belum memadai menjadi penghambat peningkatan kualitas pendidikan di Papua. Tidak hanya dari Pemerintah, masyarakat yang belum sadar arti penting pendidikan juga menjadi salah satu penghambat, paparnya.
Namun demikian, Bambang menganggap bahwa Papua memiliki peluang untuk meningkatkan pendidikannya. Anggaran dana Otonomi Khusus (otsus) yang dimiliki Papua merupakan sebuah peluang baik jika digunakan secara tepat. Belum lagi perhatian pihak luar seperti LSM dan masyarakat untuk Papua, terangnya.
Dekan Fakultas Hukum UGM, Dr. Paripurna Sugarda, S.H., M.Hum., LLM dalam sambutan menegaskan keberadaan mahasiswa Papua yang ada di UGM diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan pendidikan di Papua. Ia juga berharap UGM dapat membuka pintu selebar-lebarnya untuk mahasiswa Papua. Lebih banyak lagi mahasiswa Papua di UGM, lebih baik, paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Drs. August Kafiar, M.A. salah satu tokoh pendidikan Papua yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Cenderawasih pada 1988-1996 menyatakan, dirinya ingin mahasiswa asal Papua lebih fokus pada pendidikan yang digelutinya saat ini. Ia memaparkan, tidak banyak anak-anak Papua yang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di Jawa. Hanya ada sekitar 6% mahasiswa asal Papua yang terdaftar di PTN, sebutnya.
August berharap, setelah menyelesaikan studi baik di UGM maupun PT lain di DIY, mahasiswa asal Papua hendaknya kembali dan menjadi bagian penting dari upaya bersama untuk senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan di Papua.Saya pikir tugas mahasiswa Papua juga harus melakukan kontrol terhadap pembangunan di Papua, pungkasnya.
sumber : www.ugm.ac.id